Diare adalah
penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang, dimana
diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan karena adanya
anoreksia pada penderita diare sehingga dia makan lebih sedikit daripada
biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan berkurang padahal kebutuhan sari
makanan meningkat selama adanya infeksi. Penyebab kematian utama karena diare
adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui
tinjanya.Definisi Diare adalah BAB lebih dari tiga dengan konsistensi cair
(WHO, 1992)
Jenis-jenis diare
Diare sebagai
epidemiologi didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak dan cair tiga
kali atau lebih dalam sehari. Secara klinik dibedakan 3 macam sindroma diare,
yang masing-masing mencerminkan patogenesis yang berbeda dan memerlukan
pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya,
1. Diare cair akut
Diare yang terjadi secara akut dan
berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan
pengeluaran tinja yang lunak / cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin
disertai muntah dan panas. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi, dan bila
masukan makanan kurang dapat mengakibatkan kurang gizi. Kematian yang terjadi
disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terpenting pada anak-anak : Shigella,
Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium, Vibrio cholera, Salmonella, E. coli,
rotavirus.
2. Disentri
Adalah diare yang disertai darah dalam
tinja, akibatnya antara lain : anoreksia, penurunan berat badan secara cepat, perusakan
mukosa usus karena bakteri invasive. Penyebab utama adalah Shigella, penyebab
lainnya Salmonella, C. Jejuni.
3. Diare Persisten
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut tapi
berlangsung selama 14 hari. Episode ini dimulai sebagai diare cair atau disentri.
Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi. Volume tinja dalam jumlah
banyak sehingga ada resiko dehidrasi. Penyebab : E. coli, Shigella dan
Cryptosporidium. Diare persisten berbeda dengan diare kronik, yakni diare
intermitten (hilang-timbul), atau yang berlangsung lama dengan penyebab non
infeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun.
Epidemiologi
Kuman penyebab
diare menyebar masuk melalui mulut antara lain makanan, minuman yang tercemar
tinja atau yang kontak langsung dengan tinja penderita.
Ø Perilaku khusus
meningkatkan resiko terjadinya diare; Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6
bulan pertama kehidupan, Menggunakan botol susu yang tercemar, Menyimpan
makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama, Menggunakan air minuman
yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja, Tidak mencuci tangan
setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum memasak makanan,
Tidak membuang tinja secara benar.
Ø Faktor yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare; Tidak memberikan ASI sampai umur 2
tahun, Kurang gizi, Campak, Imunodefisiensi / imunosupressif.
Ø Umur Kebanyakan
diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan, insiden paling banyak 6 – 10
bulan (pada masa pemberian makanan pendamping).
Ø Variasi musiman
Variasi pola musim diare dapat terjadi melalui letak geografi. Pada daerah sub
tropik, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas sedangkan
diare karena virus (rotavirus) puncaknya pada musim dingin. Pada daerah tropik
diare rotavirus terjadi sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada musim kemarau
sedangkan puncak diare karena bakteri adalah pada musim hujan.
Ø Infeksi
asimtomatik kebanyakan infeksi usus bersifat asimtomatik / tanpa gejala dan
proporsi ini meningkat di atas umur 2 tahun karena pembentukkan imunitas aktif.
Prinsip utama pengobatan diare
1. Diare cair
membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat
etiologinya/penyebabnya.
2. Makanan harus
diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada
gizi.
3. Antibiotik/anti
parasit tidak boleh digunakann secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus termasuk diare berat, diare dengan panas kecuali : pada disentri yang harus diobati dengan
antimikroba yang efektif untuk shigella, Suspek kolera dengan dehidrasi
berat, Diare persisten, bila diketemukan
tropozoit atau kista G lamblia atau tropozoit E. histolitika di tinja atau
cairan usus, atau bila bakteri patogen ditemukan dalam kultur tinja.
Terapi rehidrasi, Bertujuan untuk
mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat.
1. Terapi rehidrasi
oral:
a. Cairan oralit
(cairan rehidrasi oral) Oralit adalah
campuran gula dan garam. Rasio glukosa vs natrium paling tidak 1 : 1. Untuk
terapi diare di rumah ibu diberi oralit untuk pemakaian 2 hari. Bila memberikan
oralit satu kantong harus diberikan sekaligus dan larutan oralit yang tidak
digunakan dalam 24 jam harus dibuang. Bila diare terus berlangsung sedangkan
oralit sudah habis harus memberikan cairan rumah tangga atau membawa kembali anaknya
ke sarana kesehatan untuk pengobatan.
b. Cairan rumah
tangga, Meskipun komposisinya tidak
seberat oralit untuk mengobati dehidrasi, cairan larutan seperti sup, air
biasa, minuman yoghurt mungkin lebih praktis untuk rehidrasi oral mencegah
dehidrasi. Cairan rumah tangga ini harus segera diberikan pada anak pada saat
mulai diare dengan tujuan memberi lebih banyak cairan dari biasanya. Ada
beberapa cairan yang tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare
termasuk sari buah manis yang diperdagangkan, pencahar, stimulansia seperti
kopi.
Kriteria cairan
rumah tangga yang diberikan pada penderita diare :
Ø Aman bila
diberikan dalam jumlah banyak. Teh yang sangat manis, soft drink dan minuman
buah komersial yang manis harus dihindarkan karena menyebabkan diare osmotik,
memperberat dehidrasi.
Ø Mudah
menyiapkan.
Ø Dapat diterima
oleh penderita.
Ø Efektif.
Upaya rehidrasi
oral tidak tepat untuk :
Ø Pengobatan awal
dehidrasi berat, karena cairan harus diganti dengan cepat.
Ø Penderita ileus
paratikus dan perut kembung.
Ø Penderita yang
tidak dapat minum.
Upaya rehidrasi
oral tidak efektif untuk :
Ø Penderita dengan
pengeluaran tinja yang sangat banyak dan cepat (lebih dari 15 ml/kgBB/jam)
serta penderita tidak dapat minum cairan dengan jumlah yang cukup untuk
mengganti kehilangannya.
Ø Penderita dengan
muntah berat dan berulang-ulang.
Ø Penderita
malabsorbsi glukosa; penderita seperti itu larutan oralit menyebabkan volume
tinja meningkat nyata dan tinja mengandung glukosa jumlah besar.
2. Makanan pada
terapi diare
ASI, susu
formula atau susu sapi harus diberikan seperti biasanya. Anak umur 6 bulan atau
lebih harus diberikan makanan lunak/setengah padat. Tawarkan makanan setiap 3-4
jam atau berikan anak makanan sebanyak dia mau. Pemberian makanan sedikit –
sedikit namun sering lebih dapat diterima daripada diberikan dalam jumlah besar
tapi jarang. Setelah diare berhenti, teruskan pemberian makanan satu kali lebih
banyak daripada biasanya selama 2 minggu menggunakan makanan yang mengandung
banyak gizi.
3. Obat anti diare
Banyak obat
dijual untuk mengobati diare akut dan muntah. Obat-obatan anti diare meliputi
anti motilitas usus (misal loperamid, difenoksilat, kodein), adsorben (misal
norit, kaolin, attapulgit, smectite) dan biakan bakteri hidup (misal
lactobacillus, streptokokus faecalis). Antimuntah termasuk klorpromasin,
prometasin. Semua obat di atas tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5
tahun.
Antibiotika juga
tidak boleh diberikan secara rutin kecualiuntuk penderita disentri / kolera.
Penggunaan yang berlebihan anti diare, anti muntah, antibiotika, anti protozoa
menghambat pemberian oralit atau menghambat pertolongan ke sarana kesehatan.
Hal ini juga menghamburkan uang.
Tanda-tanda
memburuknya diare, Ibu harus membawa anaknya ke sarana kesehatan jika :
Ø tinja cair
keluar amat sering.
Ø muntah berulang.
Ø rasa haus yang
meningkat.
Ø tidak dapat
makan dan minum seperti biasanya.
Diare yang terkait dengan penyakit lain
1. Diare yang
terkait dengan campak. Insiden meningkat pada waktu terkena campak, selama 4
minggu setelah timbulnya penyakit dan kemungkinan sampai 6 bulan sesudah
episode campak. Diare yang berhubungan dengan campak seringkali berat dan lama.
Karenanya imunisasi campak merupakan cara yang penting untuk mencegah diare dan
kematian yang berhubungan dengan diare.
2. Diare dengan
panas Sering terjadi pada diare yang
disebabkan karena rotavirus atau bakteri invasif, seperti shigella,
campylobacter atau salmonella. Panas mungkin menyertai dehidrasi dan menghilang
selama rehidrasi. Panas pada penderita diare mungkin pula tanda infeksi lain
seperti pneumonia, malaria. Namun begitu, tidaklah tepat memberi antibiotik
pada anak penderita diare hanya karena panas. Bila suhu badan anak 39oC atau
lebih anak harus diobati dengan paracetamol untuk menurunkan suhu badannya atau
bila panas sangat tinggi dengan mengompres kepala dan perutnya dengan air
hangat.
Penyebab penurunan gizi selama diare
1. Berkurangnya
masukan makanan, Merupakan akibat dari :
a. Anoreksia yang
terutama terlihat pada anak disentri.
b. Muntah.
c. Menghentikan
makanan karena kepercayaan tradisional untuk mengistirahatkan usus.
d. Memberikan
makanan dengan nilai gizi kurang, seperti sup yang diencerkan.
2. Berkurangnya
penyerapan zat makanan, Disebabkan karena :
a. Kerusakan epitel
absorbsi yang mengurangi luas permukaan usus.
b. Defisiensi
disakarida karena kegagalan produksi enzim oleh mikrovili yang rusak.
c. Berkurangnya
konsentrasi asam empedu yang diperlukan untuk absorbsi lemak.
d. Transit makanan
melalui usus yang sangat cepat menyebabkan tidak cukup waktu untuk pencernaan dan
absorbsi.
3. Meningkatnya
kebutuhan zat makanan, Kebutuhan zat makanan meningkat karena :
a. Kebutuhan
metabolik karena panas.
b. Kebutuhan untuk
memperbaiki epitel usus.
c. Kebutuhan
mengganti kehilangan protein serum melalui mukosa usus yang rusak seperti pada
disentri.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada Asuhan Keperawatan Diare
1. Kurangnya volume
cairan
2. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Risiko kerusakan
integritas kulit
Source : http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-diare.html
Source : http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-diare.html
Posting Komentar